INTENSITAS KERUSAKAN BANTARAN SUB DAS PRAFI DISTRIK WARMARE KABUPATEN MANOKWARI 2011
Sub DAS Prafi terbagi menjadi tiga sungai yaitu Kali Satu, Kali dua dan Sungai Nimbai. Intensitas Kerusakan Sub DAS Prafi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Dari kedua faktor tersebut faktor manusia lebih tinggi dibandingkan alam. Hasil perhitungan berdasarkan kerusakan akibat faktor manusia adalah sebesar 1.380.815 m2 sedangkan akibat faktor alam adalah 2.050 m2. Dari hasil pengamatan terdapat 7 (tujuh) bentuk-bentuk kerusakan..
Kamis, 28 Mei 2015
FILE INTENSITAS KERUSAKAN BANTARAN SUNGAI
https://docs.google.com/file/d/0BwOjuWgtuHn7YVpzNlcya0xRM1E/edit?usp=docslist_api
Kamis, 30 Januari 2014
INTENSITAS KERUSAKAN BANTARAN SUB DAS PRAFI DISTRIK WARMARE KABUPATEN MANOKWARI 2011
PEMBAHASAN
Ekosistem
Bantaran
Ekosistem hutan yang tidak terganggu
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengawetan air bagi kepentingan
manusia, makluk- makluk hidup lainnya termasuk tananman. Salah satu
kawasan hutan yang dilindungi adalah kawasan sempadan/bantaran sungai.
Bantaran
sungai merupakan kawasan penyangga (buffer) daerah pengelolaan air. Kawasan bantaran
sungai berada pada kanan dan kiri badan sungai yang berfungsi sebagai tanggul
sungai. Kawasan ini dicirikan oleh batuan dasar yang keras yang secara alami
air tidak mampu lagi untuk menerobosnya, hingga kadang kala bentuknya
berkelok-kelok. Penutupan vegetasinya spesifik (riparian), membentuk satuan
ekologik terkecil, dan dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan jenis batuannya.
Bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau alur badan sungai yang memberikan
jasa ekologi sebagai penyaring air limpasan, penahan usur hara dan sedimen,
juga merupakan habitat bagi kehidupan satwa liar seperti mamalia terbang,
binatang melata, reptil, burung, dan beberapa jenis satwa lainnya (Waryono, 2008a).
Kerusakan
ekositem bantaran sungai menyebabkan peranan fungsinya menjadi terganggu. Namun
seperti halnya hutan, komunitas vegetasi riparian secara teoritis berfungsi
sebagai pusat terjadinya keanekaragaman genetik, dan tempat berlangsungnya
evolusi secara alamiah (Waryono 2008a).
Kerusakan
daerah riparian dipengaruhi oleh faktor erosi, sedangakan faktor erosi
dipengaruhi oleh kerusakan kawasan penyangga, debit air, kelerengan curah hujan
dan sebagainya (Narendra,
2007). Laju erosi berbanding lurus dengan kerusakan badan sungai, artinya jika
semakin tinggi tingkat erosi maka laju kerusakan bantaran sungai juga akan
tinggi.
LETAK DAN LUAS SUB DAS PRAFI
LETAK DAN LUAS SUB DAS PRAFI
Sub DAS Prafi terletak pada DAS Prafi. Secara
geografis terletak pada 0º 53’ LS – 0º 59’ LS serta 133º 48’ BT – 133º 53’ BT.
Wilayah Sub DAS Prafi di sebelah Barat dan selatan terdapat sungai prafi sedangkan disebelah timur dan utara terdapat
sungai Aimasi. Hulu Sub DAS Prafi berada di pegunungan Arfak dan muaranya berada
pada Sungai Aimasi. Luas wilayah Sub DAS Prafi berdasarkan peta batas Sub DAS
adalah seluas 4132,05 hektar.
Wilayah sub DAS Prafi secara
administrasi mencakup 2 (Dua) distrik di Kabupaten Manokwari, yaitu Distrik Warmare
dan Distrk Prafi. Mayoritas domisili penduduk yang berada di Sub DAS Prafi
secara administrasi berada di Distrik Warmare dan Distrik Prafi. Rincian
wilayah administrasi yang berpenghuni (penduduk) yang masuk ke dalam wilayah
Sub DAS Prafi adalah Desa, Snamboy, Indisei, Nimbai Pasir, kampung Baru,
Ungguen, PKS, Nimbai PTP, Lismaungu, dan Aimasi.
Gambar. Lokasi Sud Das Prafi
Menurut BP
DAS Remu-Ransiki (2010) Kondisi topografi DAS Prafi sangat bervariasi mulai
dari dataran sampai pengunungan, dengan bentuk lereng mulai dari datar (0 – 8
%) seluas 22.843,17 hektar, landai (15 – 25%) seluas 12.952,51 hektar, dan
sangat curam (> 45 %) seluas 31.485,48 hektar. Pada DAS Prafi ternyata tidak
dijumpai bentuk lereng landai (8 – 15%) dan lereng curam (25 – 45%). DAS Prafi
dengan bentuk lereng mulai datar sampai dengan sangat curam ini berada pada
ketinggian 0 – 1450 m dari permukaan laut.
INTISARI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kerusakan kawasan bantaran Sub DAS Prafi, menghitung intensitas kerusakan dan laju kerusakan kawasan bantaran Sub DAS Prafi per tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik observasi lapang dan analisis penginderaan jauh sedangkan variabel yang diamati adalah luas bantaran sungai, luas areal kerusakan, dan bentuk-bentuk kerusakan per faktor penyebab.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kerusakan kawasan bantaran Sub DAS Prafi, menghitung intensitas kerusakan dan laju kerusakan kawasan bantaran Sub DAS Prafi per tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik observasi lapang dan analisis penginderaan jauh sedangkan variabel yang diamati adalah luas bantaran sungai, luas areal kerusakan, dan bentuk-bentuk kerusakan per faktor penyebab.
Sub DAS Prafi terbagi menjadi tiga sungai yaitu Kali Satu,
Kali dua dan Sungai Nimbai. Intensitas Kerusakan Sub DAS Prafi dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Dari kedua faktor tersebut
faktor manusia lebih tinggi dibandingkan alam. Hasil perhitungan berdasarkan kerusakan
akibat faktor manusia adalah sebesar 1.380.815
m2
sedangkan akibat faktor alam adalah 2.050
m2. Dari hasil pengamatan
terdapat 7 (tujuh) bentuk-bentuk kerusakan yaitu perladangan, penebangan pohon, erosi,
pengembalaan, jalan, pengambilan material dan tumbangnya pohon akibat longsor. Berdasarkan
7 (tujuh) bentuk kerusakan tersebut yang paling tinggi adalah akibat
perladangan, pengembalaan dan erosi.
Bantaran Sub DAS Prafi mengalami kerusakan sebesar 54% atau 138,4 Ha dari total luasan
yaitu 257,08 Ha dengan kriteria sedang. Sedangkan untuk laju kerusakan pertahun
adalah 9,12 Ha per tahun. Sungai Nimbai mengalami kerusakan sebesar 87% atau 96,51 Ha dari total luasan
bantaran 110,93 Ha dengan kriteria sangat rusak. Sedangkan untuk Kali Satu dan
Kali Dua memiliki kriteria cukup dimana Kali Satu 25% atau 21,36 Ha dari 86,02 Ha
total luasan telah mengalami kerusakan, sedangkan Kali Dua 34 % atau
20,53 Ha dari total luasan 60,13 Ha.
Dilihat
dari lokasi kerusakan, maka kerusakan lebih banyak berada pada daerah hilir dan tengah (pertemuan kali satu
dan kali atau sungai
Nimbai).
Walaupun kondisi Sub DAS Prafi mengalami kerusakan namun pada bagian hulu Sub DAS
Prafi memiliki panorama sungai yang sangat indah. Pada bagian hulu Sub DAS
badan sungainya dikelilingi oleh batu-batuan sedimen dan areal hutan primer
yang membuat daerah tersebut sejuk dan indah. Ditambah sungainya memiliki air yang
sangat dingin dan sejuk terutama pada bagian hulu kali satu (Gambar 14). Daerah
ini sangat cocok bila direkomendasikan
sebagai daerah atau tempat ekowisata.
Gambar . Panorama Sub DAS Prafi
Kondisi alam yang mendukung tersebut dapat
menjadi modal awal bagi pengembangan
ekowisata di daerah tersebut. Diharapkan dengan pengelolaan yang baik, maka
akan mendatangkan manfaat lain bagi masyarakat sekitar. Sumber pendapatan lain dari daerah hutan tersebut akan membuat
masyarakat ikut serta
dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan hutan terutama daerah bantaran sungai. Dampak lanjut dari hal ini
adalah masyarakat akan semakin bijak
dalam menggunakan lahan hutan, sehingga kerusakan hutan akan semakin dapat
diminimalir.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
tujuan penelitian dan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Kerusakan kawasan bantaran Sub DAS Prafi dipengaruhi oleh dua faktor
kerusakan yaitu faktor manusia dan faktor alam, berdasarkan hasil perhitungan,
kerusakan akibat faktor manusia adalah sebesar 1.380.815 m2
sedangkan akibat faktor alam adalah 2.050 m2.
2. Bentuk-bentuk
kerusakan yang terdapat pada Kawasan Bantaran Sub DAS prafi ada 7 (tujuh) kerusakan yaitu,
perladangan, penebangan pohon, erosi, pengembalaan, jalan, pengambilan material dan tumbangnya pohon akibat
longsor.
3. Berdasarkan
hasil perhitungan 54% atau 138,4 Ha kawasan
bantaran Sub DAS Prafi telah mengalami
kerusakan dari total luas
bantaran 257,08 Ha. Berdasarkan klasifikasi tingkat
kerusakan maka Sub DAS Prafi tergolong sedang
yaitu antara 40%-60%.
4. Bantaran
Sungai Nimbai mengalami kerusakan sebesar 87% dengan kriteria sangat rusak,
Kali Satu dan Kali Dua masing-masing 25% dan 34 % dengan kriteria
cukup.Untuk luasannya Sungai Nimbai memiliki luas sebesar 110,93 Ha, areal
kerusakan 96,51 Ha dan areal yang tidak rusak adalah 14,42 Ha. Kali Satu memiliki
luas 86,02 Ha areal kerusakannya 21,36 Ha dan areal yang tidak rusak adalah
64,65 Ha, Sedangkan Kali Dua memiliki luasan sebesar 60,13 Ha dengan areal
kerusakannya 20,53 Ha dan areal yang tidak rusak adalah 39,61 Ha.
5. Laju
kerusakan bantaran Sub Das Prafi per
tahun
adalah 9,12 Ha/Tahun.
Saran
1.
Diharapkan kedepan pemerintah/instansi
terkait dapat mengambil tindakan lebih lanjut untuk mengantisipasi bertambahnya
kerusakan kawasan kedepan.
2.
Perlu dilakukannya penyuluhan kepada
masyarakat sekitar sungai mengenai pentingnya kawasan penyangga.
3.
Hulu Kali Satu merupakan tempat yang
paling indah untuk dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata.
4. Perlu
dilakukan penelitian
lanjutan mengenai pendugaan erosi dan debit sungai pada Sub DAS Prafi.
GAMBAR......PETA INTENSITAS KERUSAKAN BANTARAN SUD DAS PRAFI
GAMBAR TIM PENELITIAN
jika mau laporannya silakan download di https://docs.google.com/file/d/0BwOjuWgtuHn7YVpzNlcya0xRM1E/edit?usp=docslist_api atau hubungi kami di eriks.ambrauw@gmail.com
Semoga Bermanfaat bagi yang membaca.....................salam Rimba...????///
Langganan:
Postingan (Atom)