Kamis, 28 Mei 2015

Kamis, 30 Januari 2014

INTENSITAS KERUSAKAN BANTARAN SUB DAS PRAFI DISTRIK WARMARE KABUPATEN MANOKWARI 2011

https://docs.google.com/file/d/0BwOjuWgtuHn7YVpzNlcya0xRM1E/edit?usp=docslist_apiAHASAN
PEMBAHASAN
Ekosistem Bantaran
   Ekosistem hutan yang tidak terganggu mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengawetan air bagi kepentingan manusia, makluk- makluk hidup lainnya termasuk tananman. Salah satu kawasan hutan yang dilindungi adalah kawasan sempadan/bantaran sungai.
         Bantaran sungai merupakan kawasan penyangga (buffer)  daerah pengelolaan air. Kawasan bantaran sungai berada pada kanan dan kiri badan sungai yang berfungsi sebagai tanggul sungai. Kawasan ini dicirikan oleh batuan dasar yang keras yang secara alami air tidak mampu lagi untuk menerobosnya, hingga kadang kala bentuknya berkelok-kelok. Penutupan vegetasinya spesifik (riparian), membentuk satuan ekologik terkecil, dan dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan jenis batuannya. Bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau alur badan sungai yang memberikan jasa ekologi sebagai penyaring air limpasan, penahan usur hara dan sedimen, juga merupakan habitat bagi kehidupan satwa liar seperti mamalia terbang, binatang melata, reptil, burung, dan beberapa jenis satwa lainnya (Waryono, 2008a).
         Kerusakan ekositem bantaran sungai menyebabkan peranan fungsinya menjadi terganggu. Namun seperti halnya hutan, komunitas vegetasi riparian secara teoritis berfungsi sebagai pusat terjadinya keanekaragaman genetik, dan tempat berlangsungnya evolusi secara alamiah (Waryono 2008a).
Kerusakan daerah riparian dipengaruhi oleh faktor erosi, sedangakan faktor erosi dipengaruhi oleh kerusakan kawasan penyangga, debit air, kelerengan curah hujan dan sebagainya (Narendra, 2007). Laju erosi berbanding lurus dengan kerusakan badan sungai, artinya jika semakin tinggi tingkat erosi maka laju kerusakan bantaran sungai juga akan tinggi. 

LETAK DAN LUAS SUB DAS PRAFI
         Sub DAS Prafi terletak pada DAS Prafi. Secara geografis terletak pada 0º 53’ LS – 0º 59’ LS serta 133º 48’ BT – 133º 53’ BT. Wilayah Sub DAS Prafi di sebelah Barat dan selatan terdapat sungai prafi  sedangkan disebelah timur dan utara terdapat sungai Aimasi. Hulu Sub DAS Prafi berada di pegunungan Arfak dan muaranya berada pada Sungai Aimasi. Luas wilayah Sub DAS Prafi berdasarkan peta batas Sub DAS adalah seluas 4132,05 hektar.
         Wilayah sub DAS Prafi secara administrasi mencakup 2 (Dua) distrik di Kabupaten Manokwari, yaitu Distrik Warmare dan Distrk Prafi. Mayoritas domisili penduduk yang berada di Sub DAS Prafi secara administrasi berada di Distrik Warmare dan Distrik Prafi. Rincian wilayah administrasi yang berpenghuni (penduduk) yang masuk ke dalam wilayah Sub DAS Prafi adalah Desa, Snamboy, Indisei, Nimbai Pasir, kampung Baru, Ungguen, PKS, Nimbai PTP, Lismaungu, dan Aimasi.

Gambar.  Lokasi Sud Das Prafi

    Menurut   BP DAS Remu-Ransiki (2010) Kondisi topografi DAS Prafi sangat bervariasi mulai dari dataran sampai pengunungan, dengan bentuk lereng mulai dari datar (0 – 8 %) seluas 22.843,17 hektar, landai (15 – 25%) seluas 12.952,51 hektar, dan sangat curam (> 45 %) seluas 31.485,48 hektar. Pada DAS Prafi ternyata tidak dijumpai bentuk lereng landai (8 – 15%) dan lereng curam (25 – 45%). DAS Prafi dengan bentuk lereng mulai datar sampai dengan sangat curam ini berada pada ketinggian 0 – 1450 m dari permukaan laut.

INTISARI PENELITIAN 
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk  kerusakan kawasan  bantaran Sub DAS Prafi, menghitung  intensitas kerusakan  dan laju kerusakan kawasan bantaran Sub DAS Prafi per tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik observasi lapang dan  analisis penginderaan jauh sedangkan  variabel yang diamati adalah luas bantaran sungai,  luas areal kerusakan,  dan bentuk-bentuk kerusakan per faktor penyebab.
         Sub DAS Prafi  terbagi menjadi tiga sungai yaitu Kali Satu, Kali dua dan Sungai Nimbai. Intensitas Kerusakan Sub DAS Prafi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Dari kedua faktor tersebut faktor manusia lebih tinggi dibandingkan alam. Hasil perhitungan berdasarkan kerusakan akibat faktor manusia adalah sebesar 1.380.815 m2 sedangkan akibat faktor alam adalah  2.050 m2. Dari hasil pengamatan terdapat 7 (tujuh) bentuk-bentuk kerusakan   yaitu perladangan, penebangan pohon, erosi, pengembalaan, jalan, pengambilan material dan tumbangnya pohon akibat longsor. Berdasarkan 7 (tujuh) bentuk kerusakan tersebut yang paling tinggi adalah akibat perladangan, pengembalaan dan erosi.
            Bantaran Sub DAS Prafi mengalami kerusakan sebesar 54% atau 138,4 Ha dari total luasan yaitu 257,08 Ha dengan kriteria sedang. Sedangkan untuk laju kerusakan pertahun adalah 9,12 Ha per tahun. Sungai Nimbai mengalami kerusakan sebesar 87%  atau 96,51 Ha dari total luasan bantaran 110,93 Ha dengan kriteria sangat rusak. Sedangkan untuk Kali Satu dan Kali Dua memiliki kriteria cukup dimana Kali Satu 25%  atau 21,36 Ha dari 86,02 Ha total luasan telah mengalami kerusakan, sedangkan Kali Dua  34 %  atau 20,53 Ha dari total luasan 60,13 Ha.
Dilihat dari lokasi kerusakan, maka kerusakan lebih banyak  berada pada daerah hilir dan tengah (pertemuan kali satu dan kali atau sungai Nimbai). Walaupun kondisi Sub DAS Prafi mengalami kerusakan namun pada bagian hulu Sub DAS Prafi memiliki panorama sungai yang sangat indah. Pada bagian hulu Sub DAS badan sungainya dikelilingi oleh batu-batuan sedimen dan areal hutan primer yang membuat daerah tersebut sejuk dan indah. Ditambah sungainya memiliki air yang sangat dingin dan sejuk terutama pada bagian hulu kali satu (Gambar 14). Daerah ini sangat cocok  bila direkomendasikan sebagai daerah atau tempat ekowisata.

Gambar . Panorama Sub DAS Prafi
          Kondisi alam yang mendukung tersebut dapat menjadi modal awal  bagi pengembangan ekowisata di daerah tersebut. Diharapkan dengan pengelolaan yang baik, maka akan mendatangkan manfaat lain bagi masyarakat sekitar. Sumber pendapatan  lain dari daerah hutan tersebut akan membuat masyarakat ikut serta dalam menjaga  dan melestarikan lingkungan hutan terutama daerah bantaran sungai. Dampak lanjut dari hal ini adalah masyarakat  akan semakin bijak dalam menggunakan lahan hutan, sehingga kerusakan hutan akan semakin dapat diminimalir.




 PENUTUP
Kesimpulan
         Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kerusakan kawasan bantaran  Sub DAS Prafi dipengaruhi oleh dua faktor kerusakan yaitu faktor manusia dan faktor alam, berdasarkan hasil perhitungan, kerusakan akibat faktor manusia adalah sebesar 1.380.815 m2 sedangkan akibat faktor alam adalah  2.050 m2.
2.      Bentuk-bentuk kerusakan yang terdapat pada Kawasan Bantaran Sub DAS prafi ada 7 (tujuh) kerusakan yaitu, perladangan, penebangan pohon, erosi, pengembalaan, jalan, pengambilan material dan tumbangnya pohon akibat longsor.
3.      Berdasarkan hasil perhitungan 54% atau 138,4 Ha kawasan bantaran Sub DAS Prafi  telah mengalami kerusakan dari total luas bantaran 257,08 Ha. Berdasarkan klasifikasi tingkat kerusakan maka Sub DAS Prafi tergolong sedang  yaitu  antara 40%-60%.
4.      Bantaran Sungai Nimbai mengalami kerusakan sebesar 87% dengan kriteria sangat rusak, Kali Satu dan Kali Dua  masing-masing 25% dan 34 % dengan kriteria cukup.Untuk luasannya Sungai Nimbai memiliki luas sebesar 110,93 Ha, areal kerusakan 96,51 Ha dan areal yang tidak rusak adalah 14,42 Ha. Kali Satu memiliki luas 86,02 Ha areal kerusakannya 21,36 Ha dan areal yang tidak rusak adalah 64,65 Ha, Sedangkan Kali Dua memiliki luasan sebesar 60,13 Ha dengan areal kerusakannya 20,53 Ha dan areal yang tidak rusak  adalah 39,61 Ha.
5.      Laju kerusakan bantaran Sub Das Prafi per tahun adalah 9,12 Ha/Tahun. 

Saran
1.      Diharapkan kedepan pemerintah/instansi terkait dapat mengambil tindakan lebih lanjut untuk mengantisipasi bertambahnya kerusakan kawasan kedepan.
2.      Perlu dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat sekitar sungai mengenai pentingnya kawasan penyangga.
3.      Hulu Kali Satu merupakan tempat yang paling indah untuk dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata.
4.       Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pendugaan erosi dan debit sungai pada Sub DAS Prafi.


  GAMBAR......PETA INTENSITAS KERUSAKAN BANTARAN SUD DAS PRAFI


GAMBAR TIM PENELITIAN



jika mau laporannya silakan download di   https://docs.google.com/file/d/0BwOjuWgtuHn7YVpzNlcya0xRM1E/edit?usp=docslist_api atau hubungi kami di  eriks.ambrauw@gmail.com

Semoga Bermanfaat bagi yang membaca.....................salam Rimba...????///